Selamat hari jum’at. Thanks God
it’s Friday. yee….besok libur dan mau kumpul dengan teman-teman Salatiga. Hari
libur tetep eksis ya…*kapan nyucinyah ini, hiks.
Bai de wai, hari
minggu kemarin saya seneng banget soalnya di ajakin mbak Dedew buat datang di
Dee’s Coaching Clinic. Bersyukur sekali, secara saya suka banget sama serial
Supernova Dewi Lestari yang ajaib itu. Penasaran aja, gimana ya bisa nulis
sebegitu kerennya. Akhirnya dapat
kesempatan juga buat meet and greet
dan nyerap ilmunya.
Mamahnya Nai
Minggu pagi
pukul 06.00 WIB saya sama mamahnya Nai berangkat dari Ungaran menuju Solo,
dengan laju bis yang lambat dan berjalan kurang lebih 500 meter dari tempat
kami turun, akhirnya sampai juga ke The Sunan Hotel. Terus masih muter-muter
nyari gedung Wiryo Widagdo. Sampai
lokasi acara dapat goodie bag ini.
Yeee, ups ternyata Mbak Deenya juga belum
dateng. Eh, pas mau motret-motret suasana hotel Mbak Dee datang dengan menyeret
ransel kecil, mengenakan kaos hitam dan bawahan rok jins ia masih begitu
anggun. Hemm…. Begini ya aura penulis kece.
Acara pun
dimulai mbak Dee dengan suara renyahnya memberi kesempatan pada yang hadir
untuk memperkenalkan diri. Wuih….deg-degan sayah *aku mah apah atuh. Beberapa
peserta ada yang dari luar kota, termasuk aku kan :p. Dee’s
Coaching Clinic ini memang acara yang dikhususkan untuk mereka yang
benar-benar menyukai dunia kepenulisan. Di sini Dee mempersilakan para hadirin
untuk bertanya apapun tentang menulis. Begitu termin pertama dibuka, banyak
sekali yang ingin bertanya. Aduh, saya
nyimak aja deh. Soalnya gak jago kompetisi ngacung. Pasti jarang dipilih, hihihi.
Penulis
sekeren Dee, pada awalnya pun mengalami banyak kegagalan dalam menulis, karya
yang tak selesai dan cobaan lainnya. Apa yang membuatnya seperti itu? Ya, tak
lain adalah karena kurang paham teknik menulis. Bahkan, Supernova Ksatria,
Putri dan Bintang Jatuh itu ditulisnya berdasarkan intuisi belaka dan
diterbitkan tanpa editing pula. Lalu
saat Supernova booming banyak sekali
yang kepo tentang ilmu menulisnya. Di situlah ia merasa perlu menstrukturkan
apa yang telah dilakukannya dengan membuat buku teknik menulis. Selama ini,
jarang dijumpai buku seperti itu. Kalaupun ada, mereka yang menulis bukanlah
yang expert dan punya jam terbang
tinggi dalam hal itu *tak tunggu lho Mbak Dee. PO deh, hihihi.
Apa
sih, motivasi menulis dari seorang Dee? Dee menulis karena ia ingin berbagi.
Dulu saat SMP ia suka sekali menulis diary, katanya dirinya adalah penulis
diari berdedikasi. Wah, kalau saya sih kapok mbak nulis diary, pernah ketauan
trus dibaca sama keluarga. Malu bingitz dah.
Menulis
itu membutuhkan ketekunan yang harus dilatih setiap hari. Namun, menjadi
penulis tak perlu juga meromantisir profesi ini. Misal, mau melakukan kegiatan
memasak saja harus pakai diksi yang tinggi-tinggi, hihihi kan lucu juga ya. Ada
yang nanya, bagaimana sih kok bisa nulis panjang gitu? Menulis itu ada
tekniknya juga lho. Jadi, struktur cerita itu ada 3 babak, yakni
perkenalan/pembukaan di mana di situ kita menempatkan mood, setting dan figure tokoh-tokoh,
yang kedua itu konflik, misal di babak pertama sudah menanam bibit pertikaian,
di sini semuanya pecah dan yang terakhir adalah resolusi, di bagian ini semuanya terjawab
dan jangan berlama-lama mengakhiri. Sindrom penulis pemula itu biasanya
menggendutkan bab pertama lalu yang selanjutnya bingung. Kemudian muncullah
alasan hilang mood, nggak ada ide, deadlock,
writer block de el el. Dee bilang
alasan semacam itu tidak lain karena kurang cakap dan paham teknik menulis. Dalam
membuat buku yang ratusan halaman itu kita bisa mengatasinya dengan teknik
membuat timeline linear atau pemetaan
coba lihat review super dari mbak Winda ini yang lebih detail. Teknik ini digunakan
supaya kita tidak kelelahan di tengah jalan.
Lalu, bagaimana sih, menciptakan
karakter yang gregetz? Nah, saya tertarik juga di sini, bahwa karakter yang
mengesankan itu adalah mereka yang beraksi bukan korban aksi yang memperjuangkan
bukan sebaliknya dibumbui dengan eskalasi pertaruhan tokohnya, hmmm gimana sih itu? Ntar yah, aku mau nyuci dulu
nih, numpuk, hihihi.
hihi hari nyuci sedunia yaa....ingat dijebak supir bus, cuma 100 meter mbak hihihi...
BalasHapushuhuu, pucing ngeliat cucian. hihihi, itu biar kita jalan sehat mbak
HapusIni masih lanjut ya? Ditunggu deh sambil nyuci jugaaa, hahaa
BalasHapusmasih lanjut, tapi kapan tauk nih mau ngelanjutinnya :)
Hapusmau dilanjut, tapi kapannya blm tahu, hehehe. met nyuci mbak :)
Hapus