Sabtu, 28 Maret 2015

Hobi Ganti Hobi

Happy weekend teman, tapi saya belum bisa istirahat full, hiks. Ada aja yang mesti didatengin, hihihi *sok penting.
Kali ini saya pengen cerita tentang hobbies. Yes, karena saking punya banyak hobi saya suka bingung kalau ada waktu buat bengong. Terus ngomong sama diri sendiri. Tumben saya nganggur :p.


Saya ini tipe orang yang moody banget, udah gitu cepet bosen. Jadi maunya ada sesuatu yang baru dan bukan itu-itu saja. Pertama, saya menobatkan diri untuk menekuni menulis. Cukup lama juga sih bertahan dengan hobi ini *semoga nggak mutung lagi. Lalu bercita-cita jadi penerjemah, saat menggebu-gebunya sempat juga tuh nerjemahin novel donlotan yang ceritanya lumayan bagus, judulnya "A Little Orange in the Big Apple" (udah saya posting di blog ini) Saat sudah hampir selesai tiba-tiba negara bosan menyerang, berhenti dah tuh. *hadeh. Terus habis itu, saya pengen jadi fashion designer *gubrak, gara-garanya terpesona banget sama baju-bajunya Dian Pelangi. Nah, dari mimpi di siang bolong itu, saya terus nyoba-nyoba gambar rancangan baju, hihihi. Sampai-sampai saya kepingin beli marker disainer profesional mereknya Copic Ciao, yang sebijinya sampai 60an ribu, karena rasanya nggak mungkin, akhirnya yang dibeli adalah Faber Castell water colour yang kecil.


Karya desainer amateur


Tak berapa lama, saya jenuh lagi. Hobi baru muncul kembali. Apa itu? mau tau apa mau tahu? jeng....jeng ini dia. Yap betul, saya buat pita, bros dan jepit rambut dari kain flanel. Biang kerok buat aksesoris begini adalah murid-murid saya yang suka pakai jepit rambut lucu-lucu, hmmm. Nah, yang begitu itu tuh bikin tangan saya gatel buat berkreasi. Namun ternyata eh ternyata, anak-anak jaman sekarang kurang suka pakai aksesoris yang ngejreng-ngejreng. Jadi kurang laku deh kerajinan tanganku.

Nah, yang terakhir ini nih, lagi saya tekuni sampai sekarang. Yaitu bikin kreasi dari clay tepung. Ini gara-gara si ahem yang hobinya bikin action figure, terus dijual onlain via facebook dan prospeknya besar. 

His creation

Hmm terus saya bisa bikin apa ya? yang unik dan nggak kebanyakan orang buat Ya sudah, tiba-tiba kepikiran berinovasi dari clay tepung terus dibentuk keychain dan bros. Ternyata responnya bagus banget dan banyak yang suka. Sampai sekarang masih berkutat dengan hobi ini disambi mburuh buat tambah-tambah, hehe.

cute keychains 

Oke deh, perlu dipertahankan dan kreatif lagi nih supaya tambah rezeki. Doakan semoga sukses dan juga nggak bosenan lagi ya teman-teman. Cuma ini kok saya lagi suka ngeblog. Wah....

Rabu, 25 Maret 2015

Copet Sial


Miris sekali melihat pemberitaan begal kemarin-kemarin itu. Bahkan di kampung saya sempat terdengar isu kejahatan sejenis di malam hari. Sebenarnya saya juga pernah mengalaminya. Bedanya peristiwa itu terjadi di angkot. Tepatnya disebut pencopetan. Kejadiannya sudah lama sekali, saat saya masih kuliah semester-semester awal. 

Kala itu saya pulang kesorean dari Salatiga. Hmmm, sekitar pukul 16.00 berdiri di pinggir jalan untuk pulang ke Ungaran, rumah saya. Menyadari bahwa bus engkel (bus kecil dengan satu pintu) Semarang-Salatiga sudah jarang lewat pada jam segitu, saya pun memutuskan untuk naik angkot isuzu Ungaran – Salatiga yang biasa ngetem agak lama di beberapa titik jalan. Sejujurnya saya menghindari naik angkot ini kalau tidak terpaksa. Empat faktor utamanya adalah, sopir sering ugal-ugalan, ngetem terlalu lama, penumpang sedikit dan bau khas angkot isuzu yang bikin saya pusing. 

Saat saya menaiki angkot dari Salatiga, penumpang masih banyak, kondisi seperti membuat kewaspadaan saya berkurang sehingga otak tidak alert. Tahu-tahu saya tertidur. Ketika memasuki daerah Karang Jati saya terbangun dan menyadari di dalam angkot tertinggal segelintir orang. Sampai pasar Karang Jati, ada sekitar 6 orang laki-laki dengan badan tegap dan besar mengenakan kaos dan jins naik ke angkot dan menyebar di tempat duduk depan dan belakang. Di sinilah perasaan saya mulai tidak enak. Kebetulan posisi saya di barisan kedua setelah pintu masuk, di sampingku seorang setengah tua yang kelihatannya berprofesi guru. Tiga dari jumlah orang mencurigakan itu duduk persis di belakang saya. Menyadari hal tidak beres, saya langsung mendekap tas ransel pink saya. 

Mulai yakin mereka copet adalah ketika seorang penumpang hendak turun. Di sana mereka mencoba memepet dan berusaha menyulitkan langkah penumpang ke pintu turun. Sebenarnya, kernet dan sopir angkot tahu komplotan itu adalah pencopet. Namun, ya dibiarkan begitu saja. Setidaknya ketika ada penumpang turun, sang sopir menjalankan laju angkotnya secara zigzag yang bertujuan menyulitkan copet beraksi. Ketika penumpang yang tersisa berangsur turun, ketakutan saya semakin menjadi. Jangan-jangan mereka akan melakukan kekerasan bahkan ancaman dan yang paling mengerikan adalah pemerkosaan. Ya, Allah lindungilah aku.

Hal yang paling saya tunggu adalah ketika sudah sampai tujuan dan bersiap-siap turun. Benar juga, mereka mencoba menghalang-halangi langkah saya. Ketika angkot berhenti saya langsung loncat. Hhhh….rasanya seperti terbebas dari kandang macan. Namun ternyata, tiba-tiba ada sesuatu yang mengejutkan! Dari balik jendela angkot paling belakang mereka melemparkan sesuatu dan jatuh tepat di depan kaki saya. Bukan main terkejut rasanya, ketika melihat benda berwarna pink itu terhempas pasrah. Badalah! Dompetku!!! Bagaimana bisa mereka mengambilnya, padahal saya tidak merasakan apa-apa. Cepat-cepat saya periksa dalamnya. Oh KTM aman, KTP masih ada, Alhamdulillah, dan terakhir yang saya punya adalah uang Rp. 900 itu masih teronggok manis di bagian slot koin. Entah, apa istilah yang tepat menggambarkan kejadian ini. Hmmm, mungkin buaya dikadalin ya, hihihi. Sumpah, rasanya tak sabar menceritakan peristiwa ini dengan keluarga di rumah. Nyopet kok dompetnya anak sekolah yang berani-beraninya punya nyawa 900 perak buat jaga dompet, hahaha. Duhdek 

Hmmm, sedikit tips dari saya untuk angkoters adalah 
1. Sebaiknya memilih ngangkot dengan banyak penumpang, jika terpaksa belum sampai tujuan sudah sepi, lebih baik turun dan pindah angkot. 
2. Jika memakai tas punggung, dekaplah erat di depan *layaknya aku mendekap cintamu, eaaaahhh
3. Saat hendak turun dari angkot, waspadalah pada mereka yang berdiri atau duduk di dekat pintu.
4. Berdo'alah sebelum bepergian.
Tips aman
Semoga kejadian ini tidak terulang pada saya dan kita semua dijauhkan dari hal-hal membahayakan. Sehingga kita pantas mendapatkan gelar angkoters berijazah, hehehe. 

Senin, 23 Maret 2015

Menjadi Penulis Apa Saja

Selamat hari Selasa (ditulis kemarin) teman-teman. Saya lagi pilek berat nih, tidak bisa bernafas dengan cantik, hihihi. Ada yang tahu obat flu paling mujarab? saya tunggu dikomen ya.

Mimpi? Hmm...apa itu? Sesuatu yang muncul ketika kita tidur. Berarti mengawali mimpi adalah dengan tidur, hihihi. Jadi, mari kita tidur. *justkidding.


Tantangan ngeblog dari grup Penulis Ungaran minggu kedua ini lumayan membuat saya berpikir. Mimpi jadi penulis? dan darinya adalah menjadi sumber nafkah. Ya, saya pernah bermimpi seperti itu dan sempat tekun juga untuk meraihnya. Namun ternyata, tak begitu mudah mendapatkan uang dari menulis. Saat itu, saya menulis banyak cerita anak dan remaja bahkan beberapa novel. Namun, itu tak cukup untuk bisa menghasilkan materi sebanyak Andrea Hirata atau Habiburrahman EL Shirazy. Ups, ternyata mimpi saya ketinggian. Ternyata juga pikiran saya simpel kala itu. Menulis saja, lalu diterbitkan, terus banyak yang beli, kaya raya deh, hahahaha. Begitu positive thinkingnya diriku ini. Sehingga yang saya hasilkan adalah halaman yang hanya dipenuhi dengan kalimat-kalimat tanpa 'isi' *wakwaw. 


Antologi perdana Narata Karia mulai membangkitkan semangatku

Lalu, gimana saya bisa punya duit kalau tulisannya saja tidak laku? di situlah saya mentok, dan mulai malas menulis hingga saya bekerja dan passionku mulai luntur. Naskah-naskah hanya teronggok pasrah di laptop. Lalu merasa bahwa mungkin ini bukan jalanku, hiks. Begitu saya menjalani hidup tanpa menulis rasanya seperti membubuhkan pupur di pipi tanpa mengoleskan lipstik di bibir, pucat dan tidak berwarna hari-hariku. Muncul keinginan untuk membenahi naskah-naskah itu, tapi selalu saja ada alasan, capeklah, menunggu hari libur supaya lebih konsen dan lain-lainnya. Hingga saya mati suri lagi.


waktu masih sregep ngikut lomba

Kadang saya bertanya, apa ya yang kurang, yang salah, yang nggak membuat editor tertarik dengan tulisanku? Oh, mungkin karena saya belum punya nama. Underestimate, itulah yang menggenapi rasa pesimisku. Hingga saya menemukan teman-teman sehobi di IIDN SemarangNarata Karia Salatiga dan Penulis Ungaran. Dari sana saya sering mendapat pencerahan tentang ilmu kepenulisan. Pandangan saya tentang menulis pun berbeda. Kini orientasi menulis saya juga bukan semata-mata uang, lebih dari itu, yakni berbagi, terdengar klise. Tapi nyatanya dengan menulis hati jadi plong. Apalagi jika bisa bermanfaat untuk orang lain. Dari sana pula muncul keinginan untuk bangkit kembali. Menulis! Menulis apa saja yang saya suka. Jadi, untuk saat ini aku ingin menuruti air hasrat dalam jiwaku. Mengeksistensikan diriku yang kecil ini melalui blog dan menjadi penulis apa saja. Tentunya saya juga punya cita-cita membuat buku. Tapi kali ini saya ingin menulis buku tentang crafting, yaitu membuat kreasi dari clay tepung. Dari sini semoga saja usahaku berbisnis suvenir kecil-kecilan ini semakin lancar. Semoga impianku bisa terwujud ya.





Suvenir pernikahan yang sedang kutekuni

Sabtu, 21 Maret 2015

Rimbunnya Kafe Ole'

Wiken yang seru....saya pikir ini hari minggu. Tapi eh, ternyata besok masih tanggal merah, asyiik. Siapa sih yang nggak suka hari libur dan bisa nyantai di rumah. Semenyenangkannya pekerjaan buat saya. Tetep dong, nggak ada yang ngalahin enaknya molor di kasur buluk, hihihi. 


Nah, mumpung libur nyepi, tadi itu saya jalan-jalan ke beberapa tempat yang seru, terus nyoba makan di Kafe Ole' Salatiga. Iya nih, semenjak mau rajin ngeblog jadi pengen eksplor tempat-tempat baru. Nah, tiba-tiba aja kepikiran nih kafe. Nglewatin jalan itu terus tapi kok nggak tahu dalemnya sih. Kalau dari luar kayak kebun gitu. Tapi pas browsing di internet juga jarang yang review. Oke deh, harus dicoba nih. Moga aja harganya bersahabat *terus mikir sebulan kedepan :D

Letak kafe ini dekat banget sama jalan raya utama, hanya beberapa meter jalan kaki dari patung Ganesha. Tepatnya di Jl. Tentara Pelajar no 61 Salatiga. Jalan kaki juga cuma mak nyuk gitu. Arahnya ke kampus IAIN Salatiga (dulu STAIN Salatiga)

                                                           
Tampak depan


Dari jalan raya


Lahan parkir yang luas
                                               

Seakan menuju dunia penuh misteri

Memasuki lokasi kafe seperti hendak wisata kebun, ditambah cuaca yang agak mendung, hmmm, dinginnya, brrr. Dulu setiap melewati kafe ini yang saya bayangin adalah uler alias ulat bulu. Entah mengapa pas di lokasinya nggak kepikiran sama sekali.
Okeh, saatnya narsis tidak boleh terlewatkan, sebelum pesen makanan, mari menjelajah hutan kecil ini.


selalu ngepink (emang punyanya ituh :D)

Ada jalan setapak dengan dasar bebatuan dikelilingi gazebo-gazebo yang terlihat sejuk 


kayak kenal tas bulughnya :D

Sudah narsis-narsis ria ayo ke tujuan utama. Yaitu, MAKAN! Mari kita lihat menu apa saja yang ditawarkan kafe ini. Apakah harganya bikin saya menelan ludah, atau????
Oh ya, sebelum pesan makanan, saya sempat bingung cari tempatnya. Eh taunya di dekat bar. 


Tempat memesan 

Pas mau pesan, si mas yang jaga nggak bilang apa-apa atau menyambut gitu. Karena list menu udah disediakan, pun nggak dikasih nota yang ada karbonnya buat nyatet pesanan. Eh, pas saya minta, si doski cuma ngasih brosur yang udah dicoret-coret. Ya sutralah.

Ini daftar harga minumannya, lumayan bersahabat buatmu?



Menu makanannya ada Indonesian, Chinese dan western food, saya sih pesen kwetiaw goreng dan yang memfotoku pesen chicken crispy steak. Itu masih taraf harganya yang belasan ribu * tetep iritz
Nah, karena saya lagi pilek, minumnya pesen peppermint tea gitu, harganya Rp. 8.000. Misal pengen bikin teh kayak gini di rumah juga bisa, tinggal tambahin minyak kayu putih, hihi. Jadilah teh rasa mint, *menyesatkan 

Ini dia penampakan pesanan kami


hemmm....lavar

Pertama datang adalah minumannya, rasanya sih biasa. Namun, cukup membantu meredakan hidung mampet, hehe. kewtiaunya gorengnya enyak, fotograferku iri. Soalnya rasa steaknya biasa banget kayak chicken nugget nggak dibumbuin, tapi eatable lah ya. soalnya tandas habis gitu, hehe.


Eahhh, kenyang.

Ayo ke sini, tempatnya cozy banget. Toiletnya bersih, ada musholanya juga, walau tempatnya di pojokan, hiiii


Ini mau ke mushola apa ke sarang penyamun, hihihi

Ternyata ada space untuk nyanyi juga yah, mungkin buat menghibur pengunjung pas malam gitu.



Ahhh, kelar sudah kuliner hari ini, saat yang paling menyedihkan adalah ketika pahlawan-pahlawan berguguran dari kantong. Semoga ada rezeki lagi ya, biar saya bisa berbagi info tempat makan lainnyah. Tinkyu :*

Kamis, 19 Maret 2015

Sebagian dari Dee's Coaching Clinic


Selamat hari jum’at. Thanks God it’s Friday. yee….besok libur dan mau kumpul dengan teman-teman Salatiga. Hari libur tetep eksis ya…*kapan nyucinyah ini, hiks.
Bai de wai, hari minggu kemarin saya seneng banget  soalnya di ajakin mbak Dedew buat datang di Dee’s Coaching Clinic. Bersyukur sekali, secara saya suka banget sama serial Supernova Dewi Lestari yang ajaib itu. Penasaran aja, gimana ya bisa nulis sebegitu kerennya.  Akhirnya dapat kesempatan juga buat meet and greet dan nyerap ilmunya.


                                              Mamahnya Nai

Minggu pagi pukul 06.00 WIB saya sama mamahnya Nai berangkat dari Ungaran menuju Solo, dengan laju bis yang lambat dan berjalan kurang lebih 500 meter dari tempat kami turun, akhirnya sampai juga ke The Sunan Hotel. Terus masih muter-muter nyari gedung Wiryo Widagdo.  Sampai lokasi acara dapat goodie bag ini. 

Yeee, ups ternyata Mbak Deenya juga belum dateng. Eh, pas mau motret-motret suasana hotel Mbak Dee datang dengan menyeret ransel kecil, mengenakan kaos hitam dan bawahan rok jins ia masih begitu anggun. Hemm…. Begini ya aura penulis kece.



Acara pun dimulai mbak Dee dengan suara renyahnya memberi kesempatan pada yang hadir untuk memperkenalkan diri. Wuih….deg-degan sayah *aku mah apah atuh. Beberapa peserta ada yang dari luar kota, termasuk aku kan  :p. Dee’s Coaching Clinic ini memang acara yang dikhususkan untuk mereka yang benar-benar menyukai dunia kepenulisan. Di sini Dee mempersilakan para hadirin untuk bertanya apapun tentang menulis. Begitu termin pertama dibuka, banyak sekali yang ingin bertanya.  Aduh, saya nyimak aja deh. Soalnya gak jago kompetisi ngacung. Pasti jarang dipilih, hihihi.
                Penulis sekeren Dee, pada awalnya pun mengalami banyak kegagalan dalam menulis, karya yang tak selesai dan cobaan lainnya. Apa yang membuatnya seperti itu? Ya, tak lain adalah karena kurang paham teknik menulis. Bahkan, Supernova Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh itu ditulisnya berdasarkan intuisi belaka dan diterbitkan tanpa editing pula. Lalu saat Supernova booming banyak sekali yang kepo tentang ilmu menulisnya. Di situlah ia merasa perlu menstrukturkan apa yang telah dilakukannya dengan membuat buku teknik menulis. Selama ini, jarang dijumpai buku seperti itu. Kalaupun ada, mereka yang menulis bukanlah yang expert dan punya jam terbang tinggi dalam hal itu *tak tunggu lho Mbak Dee. PO deh, hihihi.
                Apa sih, motivasi menulis dari seorang Dee? Dee menulis karena ia ingin berbagi. Dulu saat SMP ia suka sekali menulis diary, katanya dirinya adalah penulis diari berdedikasi. Wah, kalau saya sih kapok mbak nulis diary, pernah ketauan trus dibaca sama keluarga. Malu bingitz dah.
                Menulis itu membutuhkan ketekunan yang harus dilatih setiap hari. Namun, menjadi penulis tak perlu juga meromantisir profesi ini. Misal, mau melakukan kegiatan memasak saja harus pakai diksi yang tinggi-tinggi, hihihi kan lucu juga ya. Ada yang nanya, bagaimana sih kok bisa nulis panjang gitu? Menulis itu ada tekniknya juga lho. Jadi, struktur cerita itu ada 3 babak, yakni perkenalan/pembukaan di mana di situ kita menempatkan mood, setting dan figure tokoh-tokoh, yang kedua itu konflik, misal di babak pertama sudah menanam bibit pertikaian, di sini semuanya pecah dan yang terakhir adalah resolusi, di bagian ini semuanya terjawab dan jangan berlama-lama mengakhiri. Sindrom penulis pemula itu biasanya menggendutkan bab pertama lalu yang selanjutnya bingung. Kemudian muncullah alasan hilang mood, nggak ada ide, deadlock, writer block de el el. Dee bilang alasan semacam itu tidak lain karena kurang cakap dan paham teknik menulis. Dalam membuat buku yang ratusan halaman itu kita bisa mengatasinya dengan teknik membuat timeline linear atau pemetaan coba lihat review super dari mbak Winda ini yang lebih detail. Teknik ini digunakan supaya kita tidak kelelahan di tengah jalan.
Lalu, bagaimana sih, menciptakan karakter yang gregetz? Nah, saya tertarik juga di sini, bahwa karakter yang mengesankan itu adalah mereka yang beraksi bukan korban aksi yang memperjuangkan bukan sebaliknya dibumbui dengan eskalasi pertaruhan tokohnya, hmmm  gimana sih itu? Ntar yah, aku mau nyuci dulu nih, numpuk, hihihi. 

Jumat, 13 Maret 2015

Nongkrong di Kampoeng Kopi Banaran

Hai kawan, mau cerita tentang Kampoeng Kopi Banaran nih. Udah dua bulan lalu kesana pas rame-ramenya lagi.  Tapi justru asyik, karena aman dari begal, haha. Ya, karena tempatnya luaaas banget. Itu saja pertama kali saya ke sana, padahal ratusan kali bolak-balik Ungaran-Salatiga pas jadi mahasiswa, sampai sekarang sih, hehe. Waktu itu perasaan berkata kalau tempat itu buat orang-orang eksklusif doang. Soalnya dari depan eksotis dan kelihatan mahal, ditambah pemandangan bapak-bapak lagi main tenis serasa hidup selow banget gitu, jadi jiper deh, hahaha. Taunya habis baca di postingan blognya mbak Dedew. Tempatnya nyaman dan kayak tempat wisata perkebunan gitu.

Masuk ke sana saya cuma bayar parkir. Lalu menelusuri jalan yang pinggir-pinngirnya seperti villa untuk hunian. Ada minimarket juga, yang harganya standar pasaran alias tidak ngepruk *istilah jawanya.Tak jauh dari situ terdapat saung-saung dan tikar untuk nongkrong dan memesan makanan. Menurut saya si mahal, sekalipun mahal itu relatif tapi untuk sepiring nasgor dengan harga Rp. 27.000. nggak ah, *dasar irit. Selain juga ada goreng-gorengan macam mendoan dan pisang goreng. Tapi ngapain coba, di tempat wisata kita makan gorengan yang satunya aja dua ribu. Sebenarnya yang pengen saya cobain itu kopinya. Tapi tempatnya penuh semua. Jadi batal ngerasain kuliner dan srutupan ala Banaran deh.

Menelusuri Banaran, saya memanfaatkan momen untuk foto-foto di kehijauan yang sejuk. Pemandangan di sana memaksimalkan kamera saya. 



Melihat nun jauh dari tempat saya, rasa-rasanya ada pedepokan yang musti dimanfaatkan. Mari kisanak!




Baru beberapa jepretan, baterai camdig sudah warning dan saya pun cemas. Lalu berusaha mencari colokan. Kami pun menapaki kehijauan di bawah pohon kelapa sambil berdoa semoga tidak kejatuhan blarak ataupun kelapanya, hihihi. Sampai sini, rasanya aneh. Karena saya mulai menggunakan kata kami, ihirrr. Akhirnya saya menemukan colokan di pedepokan. Thanks God!

                                               
                                                 Makan jajanan di pedepokan, hihihi



                                                   Hamparan hijau yang menyejukkan


                                                         Tidur di bawah pohon jambu

                                                         
                                                                    Ciaobella :P



Jadi, sebenarnya saya ke Banaran itu tidak lain untuk mencari tempat ndeprok dan foto-foto. Sehingga informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan kolam renang, ATV, flying fox ataupun kereta yang mengelilingi perkebunan sungguh belum bisa saya ceritakan. Setidaknya anda tahu tempat colokan jika kehabisan baterai camdig atau hape, mungkin juga bisa meniru pose-pose foto saya, lebih-lebih mencari angel yang menarik sehinga foto jadi gregetz :D. Satu saran saya, kalau kebelet buang air carilah wese yang di dekat restonya, karena yang untuk umum sungguh bauk, hihihihihi.

Sekian yang bisa saya ceritakan tentang kehijauan Banaran. Saya tidak bisa menceritakan estimasi biaya untuk wisata kesini. Karena kami hanya bayar parkir dua ribu rupiah. Mungkin di postingan ini anda merasa dijebak untuk membaca kenarsisan saya. Jika ingin tau KaKoBa yang lebih sohih bisa baca di tulisan mbak Dedew ini. Terima kasih :*


See u Banaran, kapan-kapan kuajak ibuku kesini ya. Insyaallah