2. Sweet Alison
River Street sudah terlihat. Disanalah
letak rumah kecil Ali. Meskipun Nenek Agnes begitu liarnya mengemudi, tapi
sungguh lega ketika sudah sampai rumah. Ali berjalan terpincang menuju jalan
masuk dimana ibunya sedang menyiram tanaman sebelum para kerabat tiba. Ia berjalan
lurus menghampiri ibunya dengan mendekap luka di lutut dan menengadah kepadanya.
“Hai sayang, kenapa?” tanya ibunya ketika
melihat anaknya telah menangis .
“Aku ingin menunjukkan pada nenek betapa
tingginya aku mengayun, tapi ia malah berbalik pergi. Lalu aku buru-buru
melompat saat ayunan masih kencang, hingga akhirnya aku terjatuh di semak-semak
dan lututku tergores.” kata Ali dengan luapan emosi sambil memegang erat lukanya.
Di saat bersamaan Nenek berjalan
memasuki halaman.
“Anakmu itu berisik dan suka
membuang-buang waktu.” Nenek Agnes menggeleng-gelengkan kepala sambil berjalan
ke dalam rumah.
“Ibu , aku tidak berisik dan
buang-buang waktu. Aku hanya ingin
seseorang melihatku betapa tingginya aku mengayun.” Air mata Ali menitik
kembali. Ibunya membungkuk, memutar keran untuk mematikan air. Kemudian
duduk dan menarik Ali ke pangkuannya.
“Berapa kali kukatakan agar kau pelan-pelan
dan berhati-hati ketika bermain Ali?” kata ibunya lembut. Beberapa tetes air
dari selang membasahi bandana ibunya lalu diusapkannya pada lutut Ali untuk
menghilangkan sedikit darah yang menempel. Ia merasa jauh lebih baik
setelahnya.
“Seperti yang kukira, kau memang
mirip dengannya.” Ibunya tersenyum dan mengguncang-guncangnya dalam pelukan.
Ada sekumpulan bunga putih yang
tumbuh sepanjang beranda, dimana Ali dan ibunya sedang duduk. Sang ibu mengulurkan tangan untuk mengambil serumpun kecil
bunga itu untuk Ali.
“Ini Sweet Alison untukmu Ali. Ia tumbuh
liar di sekitar rumah dan bunga ini benar-benar mirip denganmu. Bahkan, namamu
pun kuambil dari bunga ini.” ujar ibunya sambil menyerahkan buket kecil bunga untuk
Ali .
“Benarkah?” tanya Ali
“Namaku diambil dari bunga-bunga kecil ini?”
“Ya” jawab ibunya. “Entah bagaimana
awalnya. Ibu tahu bunga mawar, aster atau krisantemum. Tapi rasanya nama-nama
itu tak cocok untuk gadis kecilku.”
“Kalau kris san te mum?” ulang Ali mengeja
dengan tatapan bingung.
“Nggak, kamu seperti Sweet Alison. Bebas, cerah, manis dan tumbuh sesukamu.”
Ibunya memberi ciuman di dahi, menurunkannya dari pangkuan lalu menepuk-nepuk
punggungnya pelan.
“Pergilah dan temui kakakmu.
Kerabat kita akan datang malam ini. Ibu tak perlu mengingatkanmu bahwa
seseorang yang spesial akan datang tengah malam nanti.”
“Ayah?” pekik Ali keras.
“Bukan Sayang, bukan ayah. Tapi Santa yang menunggang kereta luncur dengan semua
rusanya sambil membawa hadiah.” jawab ibunya sendu. Air mata Ali mengering ketika
memikirkan Santa dan rusanya, juga hadiah yang turut bersamanya. Yah, walau
masih ada sedikit kesedihan, mengingat ayahnya tidak datang.
Ayahnya dan Santa punya kemiripan.
Mereka sama-sama sibuk melakukan hal-hal paling penting tahun ini (Santa
membuat mainan dan ayahnya menyanyikan lagu-lagu) tetapi ketika mereka datang.
hal itu merupakan sesuatu yang menakjubkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar