Kebiasaan Molor yang tak Tertahankan
Emang capek bener, kagak praktis, habis makan siang di kantin yang jaraknya kira-kira setengah kilo dari gedung pembelajaran. Kita udah diopyak-opyak bak ayam. Balik ke gedung pembelajaran buat nerusin pelajaran terakhir jam ke tujuh. Aduh.,..udah panas, pala puyeng tambah tentengan aku yang super ribet. Gak Berbeda jauh sama temen-temenku pun dengan jalan kesrimpet-srimpet lantaran seragam gamis yang kepanjangan plus totol-totol keringet yang menyembul di hidung dan bawah hidung dengan semangat menyongsong semua demi masa depan. Aturan berjalan yang mustinya mastna-mastna alias dua-dua pun nggak berlaku kalau keadaannya sudah begini.
Sampai ke gedung pembelajaran aku melepas sepatu yang baunya sudah setengah mampus ke kantong kresek kucel. Bersyukur kelasku di lantai dua. Tak terlalu menguras tenaga lagi. Aku sampai ke kelas yang sudah terhuni anak-anak yang jago nyelak barisan dan punya napsu makan yang tinggi sedang mengibas-ngibaskan jilbab nan bau keringat yang berleleran di mana-mana. Perjuangan unik unruk menuntut ilmu. Yihaa!!!
Semua anak telah berkumpul dengan bau yang sama. Bau matahari. Dan keringet yang sudah berbau dewasa. Semua kompak berkipas-kipas dengan santainya. “Assalamu’alaikum” Ustad KHAM sudah masuk.
“Wa’alaikumsalam” serempak menjawab.
“Sudah siap menerima pelajaran?”
“Siaaap!!!”
“Hayya nabda’ biqiro’ati basmalah”
“Bismillahirrohmanirrohim”
“Semangat ya…kan habis makan!!!” kata pak ustad sambil menuliskan judul materi di papan tulis.
“InsyaAllah Pak!!!” jawab kami sambil cengangas-cengenges tak berdosa.
Mulailah Ustad menerangkan ketatanegaraan dan Hak Azasi Manusia dengan semangat. Satu sampai lima menit anak-anak penuh antusias menyimaknya. Sepuluh menit berlalu. Kutengok ke belakang, satu anak tumbang tak berdaya dengan mulut menganga berasa tidur di kasur. Aku terkikik sendiri. Kembali kuperhatikan Pak KHAM yang masih mengebu-gebu mengajari kami.
Mataku mulai terasa berat, kucoba menopang kepalaku yang nyaris terkulai. Aku menguap beberapa kali. Rasa kantuk akut mulai menyerangku. Kemabali kutengok barisan belakang. Semua kapala telah tertunduk lesu. Tak tanggung-tanggung seorang temanku membawa bantal kecil berbentuk love sebagai tumpuan kepalanya. Udah persiapan aja kalo ntar mau tidur, dasar!!! Dasar!!!. Akhirnya akupun menyerah dengan setan kantuk yang tak bisa ditahan lagi. Kapalaku ambruk di atas catatanku yang sepertti kurva dalam pelajaran statistik, naik turun tak karuan. Oh..Mr. sleepy you win!!!
lanjutkan ya dudul
BalasHapus